Tuesday, January 14, 2025

Reyna Venska Pesan dan Kesan Film Realis

Ketika pemerintah mengumumkan masa New Normal dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, menggembirakan suasana hati pelakon Reyna Venska. Rey, wanita kelahiran Jakarta 1992 silam itu, berharap kegiatan sebagai aktris akan berjalan lagi. Tapi, harapan itu sirna ketika pemerintah dalam hal ini Pemda di seluruh Indonesia masih menutup rapat pintu bioskop. Itu berarti film tak bisa ditonton masyarakat, dan mata rantainya berujung pada berhentinya film diproduksi, berdampak pada akttor aktris kehilangan pekerjaan.

“Saya terima, meski dengan sesak dada. Semua tawaran main film, termasuk satu judul film di Malaysia ditunda,”ungkap Reyna Venska, dihubungi usai melakukan webinar launching webseries berjudul Kalis. Dalam film yang disiarkan streaming STRO TV itu, Rey berperan sebagai Kalis. Kehidupan muram Kalis sebagai pelacur kerap dihina dan disiksa oleh pria yang mengencaninya.

Dalam film itu ada beberapa adegan kekerasan seksual meski tak terlalu vulgar namun memberikan aksentuasi pedihnya hidup yang dijalani Kalis.”Adegan itu mesti ada, karena di sanalah kesan yang ingin disampaikan. Maka ketika dilabeli lembaga sensor untuk tontonan usia dua puluh satu tahun ke atas, kami terima,” tutur Rey. Dia sangat menyayangkan bila adegan kekerasan seksual itu digunting. “Karena di sanalah kesan dan pesan itu disampaikan,”imbuh Rey. Jika dimasukkan dalam kategori tontonan remaja, akan tidak ada adegan itu.

Rey selalu ingin berperan dalam film yang memberi kesan dan pesan kepada penonton film itu, mengakui tak banyak film seperti itu. “Bagi saya film bukan sekadar tontonan hiburan saja, film mesti memberikan informasi dan pemikiran baru, solusi baru tentang sebuah masalah. Hal itu bisa tercapai seandainya film itu ditayangkan utuh, sesuai dengan cerita yang ada di skenario. Sensor harus bisa membedakan adegan vulgar hanya untuk sensasi dan memang itu subtansi, perlu diinformasikan ke masyarakat dan penonton mengambil manfaatnya,” kata Reyna Venska.

Pehobi berenang dan masak ini mengatakan film Indonesia harus lebih banyak mengangkat persoalan sosial. Dalam bahasa wanita berdarah Belanda, Manado, dan Jawa ini film realis.”Biar penonton dapat film cerita realis, persoalan mereka sehari hari. Pahit dan manis cerita di film itu kalau mengemasnya bagus akan jadi menghibur juga,” kata pemilik tinggi tubuh 170 cm dan berat 60 kg. Rey, wanita berstatus single parent itu pun mengakhiri obrolannya. Didang

Must Read

spot_imgspot_img

Related Articles