Friday, January 17, 2025

Adakah Nasionalisme dalam Film Kita?

Film sejak awal memang diperuntukkan hiburan semata. Namun dalam perkembangannya film juga menjadi alat propaganda politik dan juga ekonomi, di dalamnya ada muatan nasionalisme. Lalu bagaimana perspektif nasionalisme itu dalam konteks film kita, film Indonesia?

Wacana film dan nasionalisme itu dikemas dalam diskusi webinar yang digelar panitia Festival Film Wartawan Indonesia, (FFWI) XII, Jumat, 16 September 2022. Acara yang dipandu wartawan senior Rita Sri Hastuti itu menghadirkan Zinggara Hidayat, penulis buku Jejak Usmar Ismail dan Deni Siregar produser film Sayap Sayap Patah.

Zinggara Hidayat, menerangkan bahwa nasionalisme dalam film tidak diartikan kaku, seperti halnya film perang kemerdekaan melawan penjajah. Karena zaman berubah terjadi juga pergeseran pengertian nasionalisme.

“Nasionalisme itu bisa terlihat dari termuatnya dimensi kutural dengan cara yang soft. Karena itu perlu penulis skenario yang cerdas. Idenya harus luar biasa. Dan di dalamnya ada improvisasi!” kata Zinggara.

Ia mencontohkan nasionalisme jaman dulu di dalam film Tiga Dara karya Usmar Ismail dengan naskah ditulis M. Alwi Dahlan. Di sana diperlihatkan gaya dansa-dansi, beragam warna musik, fashion dari kebaya hingga baju modern, makanan cemilan, bahkan juga motor skuter yang dipakai oleh pemain. Dimensi kulturalnya masuk semua.

“Sementara itu menampilkan nasionalisme di jaman kini bisa dimunculkan dalam berbagai hal. Selain soal budaya, fashion, jenis makanan tertentu, bisa pula memperlihatkan daerah tertentu dengan lebih detail,”ungkap dia.

Dalam pandangan Edi Suwardi, Ketua Tim Pokja Alif Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Kemendikbud Ristek RI, sebagai sebuah seni film tidak hanya sebagai sebuah tontonan semata. Semangat nasionalisme bisa dijadikan sebagai bagian dari sebuah ide, jika bagus dalam mengemasnya akan sampai kepada pemahaman penonton.

Edi Suwardi menambahkan, film bertema nasionalisme biasanya memuat pesan baik, seperti rela berkorban, menjunjung tinggi persatuan, mau saling bekerja sama, mau saling menghormati dan menghargai perbedaan, sekaligus selalu bangga menjadi warga negara Indonesia.

Ketua Panitia FFWI XII Wina Armada Sukardi dalam sambutannya mengatakan film Sayap Sayap Patah dibintangi Ariel Tatum dan Nicholas Saputra telah menjadi fenomena baru. Film yang dianggap memuat rasa nasionalisme itu telah mematahkan mitos, bahwa film yang berunsur nasionalisme ternyata disukai penonton.

“Dari sisi finansial, kalau dihitung ada 2 juta yang menonton Sayap-Sayap Patah, berarti produser bisa mengantongi Rp 40 M. Kita ijut gembira,” kata dia.

Denny Siregar selaku narasumber dan produser film Sayap Sayap Patah bersama sutradara Rudi Soedjarwo, dengan naskah ditulis oleh trio Alim Sudio, Monty Tiwa dan Eric Tiwa mampu menterjemahkan makna nasionalisme ke dalam film dengan kemasan drama romantis. (Sk)

Must Read

spot_imgspot_img

Related Articles