Friday, January 17, 2025

Rayakan Hubungan Diplomatik Ke 75 Tahun Indonesia – Cina dengan Tayangan Film Sampek Engtay van Java

SKALAEKONOMI.COM. Kuningan. Hubungan diplomatik Indonesia-Cina mengalami pasang surut disebabkan oleh situasi dan kondisi politik di dalam negeri masing-masing.

Pada tahun 2025 tepatnya bulan April, hubungan diplomatik kedua negara Indonesia-Cina memasuki usia 75 tahun. Aktifis politik dan Ketua Yayasan Perfilman H. Usmar Ismail, Sonny Pudjisasono SH.MBA. Menyampaikan pandangannya melalui tulisan berikut ini.

Hubungan diplomatik antara China dan Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan sejak pertama kali dideklarasikan pada tahun 1950. Hubungan ini telah melalui berbagai dinamika, mulai dari kemitraan yang harmonis hingga ketegangan diplomatik, namun selalu kembali ke jalur kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak. 

Berikut perjalanan hubungan diplomatik antara kedua negara ini.

 Mengawali Hubungan Diplomatik (1950-1965)

Hubungan diplomatik antara China dan Indonesia resmi dideklarasikan pada tanggal 13 April 1950. hubungan kedua negara cukup harmonis, dengan terbangunnya solidaritas Asia-Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Zhou Enlai sebagai tokoh yang berperan penting didalam mempererat hubungan ini. kedua negara mendukung gerakan dekolonisasi dan non-blok.

Masa Ketegangan (1965-1990)

Hubungan bilateral tiongkok-indonesia mengalami kemunduran pada pertengahan 1960-an. Paska peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang dilanjutkan dengan pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto, hubungan diplomatik antara kedua negara memburuk.  yang menyebabkan putusnya hubungan diplomatik pada tahun 1967.

Normalisasi dan Pemulihan Hubungan terjalin kembali (1990-an)

Setelah berakhirnya Perang Dingin dan reformasi politik di kedua negara, hubungan diplomatik antara China dan Indonesia mulai kembali terjalin dipulihkan. 

Pada tahun 1990, kedua negara sepakat untuk membuka kembali hubungan diplomatik secara resmi. Pemulihan ini ditandai dengan kunjungan resmi pejabat tinggi dan penandatanganan berbagai perjanjian kerjasama bilateral di berbagai dibidang ekonomi, teknologi, pertambangan, Pariwisata dan budaya.

Dalam Era Kerjasama Strategis (2000-an hingga Sekarang) telah Memasuki abad ke-21, dimana hubungan China dan Indonesia semakin erat melalui peningkatan kerjasama di berbagai sektor. 

Pada tahun 2005, kedua negara telah menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang mencakup kerjasama ekonomi, keamanan, dan budaya, dimana China telah menjadi salah satu mitra dagang terbesar bagi Indonesia. 

Investasi China di Indonesia juga meningkat, terutama dalam proyek infrastruktur seperti pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Kerjasama di bidang maritim juga menjadi salah satu fokus utama hubungan bilateral, dengan kedua negara sepakat untuk memperkuat keamanan dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan. 

Salah satu aspek penting dalam kerjasama kedua negara adalah dibidang kolaborasi budaya antara China dan Indonesia yang telah berjalan secara alamiah natural sejak 

zaman kerajaan tempo dulu hingga penyebaran agama Islam ditanah java melalui wali songo.

Wujud alkuturasi budaya kedua negara hendak diwujudkan oleh Yayasan Pusat perfilman H.Usmar  melalui produksi pembuatan film yang diangkat dari kisah cerita legenda kuno Sampek Engtay yang merupakan kisah cerita romansa cinta di keabadian zaman dinasty chin 1460 th didataran tiongkok kuno. Yang diadabtasi dalam bentuk Film Sampek engtay van java, yang menggambarkan alkulturisasi serta kolaborasi budaya tiongkok-Indonesia. 

Kolaborasi budaya dibidang perfilman ini mewujudkan harmonisasi hubungan budaya kedua negara secara natural.

 Kedua negara aktif mempromosikan produksi film bersama yang tidak hanya memperkaya industri perfilman masing-masing tetapi juga mempererat hubungan budaya. Seperti

Pada tahun 2015, film “Bali: Beats of Paradise” menjadi contoh nyata dari kolaborasi ini. Film ini menggambarkan keindahan budaya Bali melalui musik dan tarian tradisional, dan diproduksi dengan kerjasama antara sineas Indonesia dan China. Selain itu, Festival Film Internasional China-ASEAN yang diadakan setiap tahun juga menjadi platform penting bagi pembuat film Indonesia untuk mempromosikan karya mereka di pasar China.

Kerjasama ini tidak hanya membuka peluang ekonomi baru bagi industri perfilman kedua negara tetapi juga memungkinkan pertukaran budaya yang lebih dalam, memperkuat pemahaman dan apresiasi terhadap budaya masing-masing.

Tantangan dan Prospek Masa Depan

Meski hubungan China dan Indonesia secara umum berjalan 

positif, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Isu-isu seperti sengketa perbatasan maritim dan persaingan ekonomi regional terkadang menimbulkan ketegangan. Namun, kedua negara berkomitmen untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan kerjasama.

Prospek masa depan hubungan China dan Indonesia tampak cerah dengan komitmen kedua negara untuk terus memperkuat kemitraan strategis. Dengan potensi ekonomi yang besar dan pengaruh politik yang signifikan di kawasan Asia-Pasifik, hubungan yang harmonis antara China dan Indonesia diharapkan dapat membawa manfaat bagi stabilitas dan kemakmuran regional.

Sejak awal terjalinnya hubungan diplomatik pada tahun 1950, China dan Indonesia telah melalui berbagai dinamika yang membentuk hubungan bilateral yang kuat dan kompleks. Dari solidaritas awal hingga pemulihan pasca-Perang Dingin, dan menuju era kemitraan strategis di abad ke-21, kedua negara terus berupaya untuk mempererat kerjasama demi kepentingan bersama. Meski menghadapi tantangan, prospek masa depan hubungan China dan Indonesia tetap positif, berkat komitmen untuk dialog dan kolaborasi. Kolaborasi dalam bidang perfilman menjadi salah satu bentuk kerjasama budaya yang semakin mempererat hubungan kedua negara, memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun sosial.*

Must Read

spot_imgspot_img

Related Articles