Sunday, May 18, 2025

Rano Karno Mengapresiasi Kerja Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, dalam Merawat Film Nasional.

SKALAEKONOMI.COM. Wakil Gubenur DKI Jakarta Rano Karno baru baru ini mengunjungi Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI) yang berlokasi di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Setia Budi Jakarta Selatan.

Pada kesempatan itu Wagub Rano Karno disambut oleh Ketua Harian Yayasan Pusat Perfilman H.Usmar Ismail, Sonny Pudjisasono, SH. Keduanya berkeliling melihat ruangan dan fasilitas yang ada di PPHUI

Ketika mengunjungi ruang penyimpanan film- film yang diproduksi dari tahun 50an hingga yang mutakhir, Wagub DKI Jakarta yang punya nama beken Si Doel, terkagum kagum dan mengapresiasi kerja pengelola PPHUI, yang bisa merawat film film lama yang masih bisa ditonton.

“Kagum saya dengan pengelola PPHUI bisa merawat film film lama, yang masih bisa diputar dan ditonton,” kata Si Doel, dengan kalimat mengandung apresiasi itu.

Pada kesempatan itu Sonny Pudjisasono sempat memperlihatkan film berjudul Pagar Kawat Berduri kepada Rano Karno.
” Ini bapak saya, Soekarno M. Noor pemeran utamanya,”kata Rano sambil melihat pita cellelouid yang utuh.

Sonny dan Rano bersepakat untuk memutar film Pagar Kawat Berduri, pada bulan Juni, selain mengenang Soekarno M.Noer sebagai salah satu bintang film pada jamannya. Sekaligus merayakan HUT DKI Jakarta.

“Saya akan memutar film Pagar Kawat Beduri dalam bentuk orsinilnya, pita cellelouid dengan menggunakan proyektor. Saya ingin mengenang sejarah alat alat film yang sudah berubah digitalisasi. Ada sensasinya,”ucap Sonny.

Film Pagar Kawat Berduri karya sutradara Asrul Sani, diproduksi pada tahun 1961.
Dibintangi Sukarno M. Noor, Ismed M. Noor, Bernard Ijzerdraat, Wahab Abdi, dan Mansjur Sjah, hanya sempat diputar 3 hari di bioskop pada tahun 1963.

Presiden Sukarno menyelamatkan film tersebut dari pemusnahan Partai Komunis Indonesia (PKI) karena menganggap dapat menimbulkan simpati pada Belanda.

Pada akhir tahun 2017 Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Render Digital Indonesia merestorasi 170,000 frame film yang sebagian besar rusak agar terhindar dari kepunahan.

Memerlukan waktu 100 hari dan biaya mencapai 2 Milyar rupiah untuk mengembalikan kondisi film yang telah berusia 55 tahun tersebut mendekati aslinya.

Kini warisan budaya bangsa bernilai tinggi tersebut, hidup kembali untuk dinikmati oleh generasi masa kini dan akan datang. (kdi)

Must Read

spot_imgspot_img

Related Articles