Kemajuan perfilman nasional kini turut dirasakan sampai ke seluruh nusantara. Masyarakat di kabupaten/kota bahkan kecamatan sudah bisa menikmati hiburan nonton film. Mereka tidak ketinggalan akan trend hiburan khususnya film oleh masyarakat perkotaan yang tinggal di ibu kita provinsi, bahkan hampir sama film yang dinikmatinya dengan orang-orang yang tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tengerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Begitu juga dengan masyarakat penggemar film yang tinggal di Kabupaten Banjarnegara. Di ibu kota kabupaten penghasil buah salak ini sejak tiga tahun lalu berdiri bioskop Surya Yudah Cinema. Bangunan bioskop yang memiliki tiga teater itu dibangun oleh pengusaha putra daerah bernama Yudhi.
Bangunan bioskop yang cukup nyaman dan aman itu terintergrasi dengan ruang hiburan lainnya : ada water park, kolam renang, hotel, meja biliar, dan bahkan hotel.”Kami menyediakan one stop leisure di area ini,’ujar Edi Kurnialistiyanto, Manager Surya Yudha Cinema.”Bahkan kami juga sediakan lokasi untuk latihan manasik. Tentu juga kafe yang menyediakan berbagai macam makanan.”imbuhnya.
Mengenai Surya Yudha Cinema setiap tahunnya ada peningkatan dari jumlah penonton. Karena selain dari sekitar kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Banjarnegera, penonton film yang umumnya remaja juga berdatangan dari kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Wonosobo.”Hasil dari evaluasi setiap tahunnya, selama tiga tahun terakhir, penonton film nasional menempati peringkat teratas. Paling disukai genre horror dan drama remaja, seperti film Dilan,” lanjut Edi.
Dari data yang dimiliki Edi, Surya Yudha Cinema yang mempunyai tiga teater dengan masing-masing jumlah kursi penonton Teater 1 jumlah kursi 155, teater 2 kursi 168, dan teater 3 kursi 156.’Seperti di lokasi hiburan atau bioskop lainnya, paling ramai ya week end. Jumat, Sabtu dan Minggu. Kami menjual tiket untuk Senin sampai Kami seharga tiga puluh ribu rupiah, sedangkan Jumat , Sabtu dan Minggu kami patok harga tiga puluh lima ribu rupiah,” kata Edi.
Upaya untuk meningkatkan jumlah penonton terus ditringkatkan baik melalui media mainstream seperti radio, Koran lokal, onlinenews, dan event.”Habit menonton masih kurang, khususnya di kalangan generasi tua. Mayoritas sasaran kami adalah remaja mereka sudah akrab dengan instagram dan medsos lainnya,”lanjut Edi.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafruddin mengatakan bahwa produser film nasional sebaiknya meningkatkan pengetahuan kualitas dan genre film yang disukai oleh masyarakat.”Dari pernyataan Pak Edi itu, sudah jelas dan terang film nasional sangat disukai. Saya kira perlu ada komunikasi yang terus dibangundan berkelanjutan antara produser film dan pengelola bioskop,”kata Djonny.
Djonny juga meminta kepada pemerintah khususnya kepada presiden dan Kementerian keuangan, agar dibuat semacam Kepres atau inpres, bisa juga Permen untuk memberikan pinjaman lunak kepada para pengusaha bioskop untuk menambah gedung dan layar bioskop.”Masukkan ke dalam golongan UMKM. Dari biaya seluruhnya tujuh setengah miliar untuk tiga layar bioskop, paliung tidak separuhnya kami diberikan pinjaman berupa soft loan,”pungkas Djonny. ***