Kementerian Pariwisata membuat terobosan baru di Bandung Selatan: Glamping Lakeside Rancabali. Destinasi wisata kelana yang menakjubkan.
ADA yang mengatakan, Tuhan sedang tersenyum saat mencipta Bumi Parahyangan, Jawa Barat. Karena, begitu indah panorama alamnya serta tradisi budayanya.
Pada masa penjajahan Belanda, jantung Bumi Parahyangan, Bandung, bahkan dijuluki Parijs van Java. Alasannya: keindahannya hampir menyerupai Kota Paris di Prancis pada masanya.
Keindahan Bumi Parahyangan yang sudah tersohor seantero jagat itu sampai sekarang pun masih dapat disaksikan dan dinikmati. Salah satunya adalah Desa Rancabali di Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Di sana, para pelancong bukan hanya disuguhi pemandangan alam yang memikat hati, tapi juga dapat melakukan wisata kelana di alam bebas (nomadic tourism). Dijamin: menyenangkan, tak akan kecewa.
Lihat saja, meski bukan berada di kawasan pesisir pantai, di desa ini ada kapal Phinisi, yang “berlabuh” tenang di Situ (Danau) Patenggang Baru, yang jauh dari hiruk-pikuk. Lalu ada sejumlah tenda besar yang memberi pesona tersendiri pada hamparan hijaunya perkebunan teh. Sejuk dan segar pula.
Di lokasi inilah disediakan area untuk glamcamp atau glamping (glamourous camping) sejak Juli 2016 lampau. Nama resminya Glamping Lakeside Rancabali. Ini merupakan salah satu terobosan yang dibuat Kementerian Pariwisata.
Yang dimaksud glamping adalah cara menikmati suasana alam bebas seutuhnya tanpa mengorbankan kenyamanan dan kemewahan untuk urusan akomodasi. Glamping bisa berupa menginap di tenda besar, rumah pohon, pondokan ramah lingkungan, di bawah kubah, atau tipe akomodasi unik lainnya.
Bila yang berkemah biasanya membawa tenda dari rumah lalu mendirikan tendanya dan menyalakan api unggun untuk memasak, glamping tidak seperti itu. Semua kebutuhan sudah disediakan. Bahkan, ada ruang tidur bak kamar hotel berbintang lima, yang lengkap dengan kasur empuk, kamar mandi, dan perlengkapan lain.
Para pelancong yang melakukan glamping pun dapat tinggal dan bermalam dengan nyaman di alam bebas. Karena itu, bagi yang sebagian besar waktunya dihabiskan dalam hutan beton yang hiruk-pikuk di metropolitan, plus terbiasa dengan berbagai fasilitas yang nyaman, glamping merupakan pilihan yang sangat layak untuk dipertimbangkan.
Glamping Lakeside Rancabali sendiri sejak pertama kali dibuka sudah menjadi magnet baru untuk kawasan Bandung Selatan. Karena, areanya bersebelahan dengan Situ Patenggang, danau indah di tengah perkebunan teh.
Di Glamping Lakeside Rancabali disediakan tiga jenis tenda. Yang pertama adalah Lakeside Tent Resort, jenis tenda yang tepat berada di pinggir danau dengan, masing-masing punya halaman untuk acara api unggun dan barbeque.
Tenda dengan kapasitas empat orang ini memiliki fasilitas air panas, tempat parkir mobil, shower, smart TV, sitting toilet, breakfast, dan balcony. Check in pukul 14.00 WIB dan chek out pukul 12.00 WIB. Tarifnya Rp 2.007.000 untuk week days dan Rp 2.308.500 untuk akhir pekan per malam. Untuk high season, tarifnya Rp 2.40.400 per malam.
Yang kedua adalah Family Tent Resort, yang merupakan jenis tenda dengan posisi di antara bukit kebun teh, dengan pemandangan menghadap ke danau. Tenda berkapasitas delapan orang ini bertarif per malam Rp 2.760.000 untuk week days, Rp 3.174.000 untuk akhir pekan, dan Rp 3.312.000 untuk high season.
Yang ketiga adalah Family Adventure Camp, jenis Dome Glam Camp di antara kebun teh, dengan view menghadap danau. Tarifnya per malam Rp 1.200.000 (weekday), Rp 1.380.000 (akhir pekan), dan Rp 1.440.000 (high season). Di setiap tenda tersedia kamar mandi dengan water heater dan memiliki balkon yang menjorok ke Situ Patenggang.
Glamping ini juga memiliki Phinisi Resto, restoran berbentuk kapal Phinisi di bibir Situ Patenggang. Letaknya tepat di atas kawasan Batu Cinta dan menghadap ke arah Pulau Cinta.
Kapal Phinisi yang dijadikan restoran ini juga menjadi tempat untuk melihat pemandangan di sekitar pegunungan dan Situ Patenggang. Untuk mencapai restoran Phinisi ini, sebuah jembatan gantung sepanjang 100 meter merupakan jalan alternatif sensasional yang bisa dicoba para pelancong.
Jembatan ini hanya boleh dibebani paling banyak 10 orang dalam waktu lintasan yang bersamaan. Banyak pelancong menjadikan jembatan ini sebagai tempat untuk berswafoto alias selfie.
Sosok kapal Phinisi besar yang seakan terdampar di tengah pegunungan ini sendiri memang tampak memukau. Tak mengherankan jika pengunjung setiap pekannya bisa mencapai 1.000 hingga 2.000 orang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Fasilitas lainnya adalah Teras Bintang, yang bisa dinikmati dengan membeli tanda masuk seharga Rp 25.000 per orang. Juga ada Taman Angsa dan Taman Pakis, masing-masing tiket masuknya Rp 15.000 per orang; ada perahu keliling danau, Rp 35.000 per orang; perahu kayak Rp 100 ribu per jam, dan; rental sepeda Rp 20 ribu per jam. Tiket masuk ke Glamping Lakeside Rancabali sendiri dibanderol Rp 20.000 per orang.
Suhu di tempat ini bisa mencapai 10 derajat celcius, terutama pada malam dan pagi hari. Karena itu, jika ingin berwisata ke Glamping Lakeside Rancabali sebaiknya membawa pakaian yang dapat menghangatkan tubuh, seperti long jones, jaket tahan dingin, tutup kepala, kaus kaki, dan sarung tangan. Pelancong juga bisa meminta tambahan selimut ke pihak pengelola jika masih merasa masih dingin.
Siapkan pula obat-obatan pribadi. Juga makanan atau minuman instan yang bisa diracik dan dihangatkan di dalam tenda, yang juga dilengkapi saluran listrik untuk alat-alat elektronik. [Teguh I.S./DPS]