SKALAEKONOMI.COM.JAKARTA. Lamang atau lemang kuliner asal Ranah Minang, disuka hampir masyarakat Indonesia.
Rasanya gurih dan nikmat aroma daun pisang muda dan bambu dibakar menambah lezatnya lamang.
Setiap tiba ramadhan s membawa berkah bagi pelaku usaha kuliner, termasuk para perajin lemang di kawasan Senen, Jakarta.
Setiap sore, aroma khas beras ketan yang dipanggang dalam seruas bambu tercium di sepanjang jalur produksi.
Lemang bambu, makanan tradisional khas Minang, menjadi salah satu takjil favorit yang paling diburu saat bulan suci tiba.
Peningkatan permintaan terlihat jelas di sentra produksi lemang di berbagai kawasan sentra kuliner di Jabodetabek.
Jika pada hari biasa pekerja hanya memproduksi sekitar 100 hingga 150 batang lemang, kini jumlahnya melonjak dua hingga tiga kali lipat.
Dalam sehari, mereka bisa menghasilkan hingga 300 batang lemang untuk memenuhi permintaan yang terus mengalir.
Dengan harga jual Rp 35 ribu per buah, lemang bambu tidak hanya menghadirkan cita rasa autentik tetapi juga menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi para pembuatnya.
Lemang merupakan makanan khas yang terbuat dari beras ketan, santan, dan sedikit garam, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang dilapisi daun pisang lalu dipanggang selama kurang lebih lima jam agar mendapatkan tekstur yang lembut dengan aroma yang khas.
Di tengah tren kuliner modern, lemang tetap bertahan sebagai salah satu kudapan tradisional yang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. (Did/**)