Friday, January 17, 2025

Jika Ingin Sukses Pariwisata, Gorontalo Harus Lakukan 5 Langkah Ini

Skalaekonomi.com. Jakarta. Dunia pariwisata saat ini menjadi perhatian pemerintah demi untuk menghasilkan devisa negara atau APBD. Bahkan tidak sedikit provinsi yang sebelumnya kurang memperhatikan kekayaan obyek wisata, menjadi semangat mengembangkannya.

Dengan demikian, untuk mengapresiasi, Badan Penghubung Gorontalo adakan “Talk Show” dengan tema “Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata Gorontalo In Pasundan. “Talk Show” itu menghadirkan pembicara, Rifli M. Katili (Kadis Pariwisata Gorontalo) Diana Ramadiany (Kepala Penghubung Provinsi Jawa Barat) Made Handijaya Dewantara (Direktur Bidang ITRC) Des Winarta (Plt Kepala Penghubung Gorontalo. Moderator Ramang Demolinggo (Dosen Pariwisata Unas)

Menurut Made Handijaya Dewantara, Sebenarnya peluang untuk kembangkan obyek wisata di Provinsi Gorontalo terbuka lebar, jika dilihat dari sisi internalnya sendiri. Untuk promosinya cepat, tidak seperti dulu lagi yang konvensional, meskipun kurang “budget”, tidak menjadi penghalang bisa promosi. “Disana (Gorontalo) ada peluang destinasi. Generasi milenial, generasi sekarang itu lebih mencari obyek wisata yang unik. Tidak ada didaerah lain yang bisa mereka temukan di Gorontalo. Belum lagi yang ditawarkan itu keheningan, jauh dari tempat wisata seperti Bali dan Jakarta. Itu jadi peluang utama sebenarnya, “ujar Handi, sapaan akrab pada skalaekonomi.com usai acara di kantor penghubung Gorontalo, Jalan Kedondong Raya, Jakarta Timur, Jumat (16/8/2019).

Lanjut dia, peluang itu karena ada sistem informasi yang makin mudah, ditambah lagi kehadiran generasi milenial. Kemudian ada peluamg pertumbuhan tingkat wisatawan yang datang ke Sulawesi. Jadi ada kenaikan cukup signifikan dari tahun ketahun karena sudah ada pengunjung yang diarahkan ke Manado dan Makasar.

Nah, peluang-peluang seperti ini sebenarnya suatu kesempatan yang bisa ditangkap oleh pemerintah daerah setempat. Ibarat bus penumpang lewat depan mata, kalau tidak di stop, maka bus akan lewat, tidak dapat apa-apa. Nah, lanjut Handi, peluang itu ada didepan mata apakah berhasil diraih atau tidak. Seperti pada diskusi yang disampaikan oleh beberapa nara sumber, yakni peningkatan SDM. SDM itu menjadi kunci untuk menangkap peluang, seperti analogi bus penumpang yang distop.

Handi mengaku bisa menangkap peluang yang ada tantangannnya, Pertama, misalmya Gorontalo belum dikenal banyak turis baik manca negara maupun demostik, tidak seperti daerah di Sulawesi lainnya. Tantangan Kedua, persoalan SDM-nya, apakah siap atau tidak. Nah, pada diskusi dia buka dengan “goal setting”, apakah di save goalnya. Bagaimana menargetkan berapa wisatawan yang datang, berapa persen wisatawan manca negara seperti dari Australia, China, India dan lain sebagaianya.

Tapi, dalam mengembangkan obyek wisata, semua daerah dihadapkan pada persoalan lingkungan hidup, seperti kebersihan lingkungan atau pengelolaan sampah. “Artinya, kebersihan obyek wisata itu penting demi menghargai. Turis itu kita anggap sebagai tamu istimewa. Bagaimana tuan rumah menghormati tamunya, “katanya.

Kemudian, ada tantangan sinergi, apabila ketersediaan SDM itu diwujudkan dengan lembaga lain. Nah, tambahnya, disini sebenarnya ITRC yang dipimpinnya itu, memberikan posisi sebagai alat untuk menjawab tantangan. Pengembangan obyek wisata ini juga sekaligus mendukung program pemerintah. Pemerintah menargetkan banyak desa wisata baru. Lalu, pariwisata yang tadinya nomor dua, katanya dinaikkan jadi posisi pertama.

Presiden juga dalam pidatonya menekankan pengembangan dunia pariwisata. Tidak banyak difokuskan pada pembangunan infrastruktur, tapi lebih fokus peningkatan SDM. “Pas juga hari ini kita adakan talk show, bagaiamana pengembangan SDM di Gorontalo, yaitu harus dikolaborasikan antara Gorontalo dan Pasundan, “ungkapnya.

Menurut Handi, pengembangan obyek wisata Pasundan tidak lepas dari keberadaan lembaganya. Selain itu memiliki ahli-ahli dibidang pariwisata. Untuk itu Handi menyarakan agar Gorontalo meniru strategisnya Pasundan yang menerapkan Smart City. Kalau menerapkan Smart City itu bagaimanna akses informasi diberikan, akses yang tidak terbatas yang bisa dinikmati masyarakat Gorontalo.

Disamping itu, bagaimana membuat generasi milenial datang ke Gorontalo menjadi terkesan, tertariak sehingga langsung update di medsos. Hal-hal seperti itu sudah dijalankan oleh Pasundan. Strategis itulah yang bisa ditiru oleh Gorontalo dari Pasundan Jawa Barat dan Bandung, walaupun, ada yang mengatakan, karakteristiknya kedua suku ini berbeda, termasuk perbedaan populasi penduduknya lebih banyak di tanah Pasundan.
“Justru populasi sedikit itulah menguntungkan Gorontalo. Disitulah peluang sebenarnya, “ucapnya. Intinya, dalam mengembangkan pariwisata disuatu daerah perlu membutuhkan pikiran strategis, membutuhkan konsultan dibidang pariwisata agar semuanya lebih terstruktur. Hal itu membuat semua pihak lebih mudah untuk mengukur kesuksesannnya.
Mengenai SDM penting sekali dalam mengembangkan industrial apapun. Kalau tidak dimulai dengan SDM-nya, dikhawatirkan penduduk sekitar hanya menjadi penonton. Turisnya sudah banyak di Gorontalo, tapi tenaga kerjanya, seperti manajernya, chefnya orang asing. Akibatnya, kehadiran pariwisata tidak bisa memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.

Kejadian seperti itu sempat dialami oleh Provinsi Bali tahun 90-an. Waktu itu Pulau Dewata itu baru dibuka. Mirip dengan Gorontalo, pantainya bagus, danaunya, benteng peninggalan. Tetapi SDM-nya tidak dibangun. Masyarakatnya kaget melihat pariwisata yang akhirnya diangggap tidak penting. “Untuk apa saya menjamu tamu, toh saya tidak bisa dapat apa-apa. Apalagi turisnya tidak sesuai dengan budaya kami, “katanya mencontoh.

Untuk itu, pemikiran tersebut dihindari dan masyarakat lokal harus diedukasi, proses kapasitas building untuk masyarakat lokal di Gorontalo bahwa pariwisata itu penting. Kemudian untuk membantu pemerintah yakni memberikan pelatihan. Ada standarisasi, sertifikasi, bagaimana “home stay” yang bersih. Bagaimana tenaga kerja pariwisata yang profesional, bagaimana pelayan destinasi dan hotel yang profesional.

Lalu membantu pemerintah dalam “goal setting” itu, bagaiamana membuat strategi pariwisata yang smart yang spesifik.
Selaku Pimpinan Bidang ITRC, maka dia berharap pemerintah Gorontalo melakukan langkah-langkah, seperti: Pertama, “Goal Setting” seakrab mungkin dengan Smart City. Kedua, Pengembangan SDM dengan langkah-langkahnya oleh lembaga pendidikan yang dibantu oleh ITRC. Ketiga, Mulai dengan “destinasi branding” yang melibatkan sutradara film atau blogger, vloger sosial media. Membantu brand yang kuat Gorontalo itu seperti apa. Keempat, Lakukanlah event-event yang sesegar mungkin. Langkah event-event yang mengatasnamakan lokal berbasis budaya. Karena kekuatan Indonesia itu berbasis budaya. Landasan itu adalah budaya. Kelima, Kontroler sudah berhasil dan cocok, entah itu untuk membangun pariwisata yang baik.

“Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik maka Pariwisata Gorontalo seperti Pasundan. Menarik turis luar dan lokal, “pungkas Handi. Sementara itu, Des Winarta, skalaekonomi.com mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi pengembangan obyek wisata di Gorontalo, makamya dilakukan workshop atau talk show untuk mendapatkan “chemistry” dengan tanah Pasundan, Jawa Barat.

Untuk itu diharapkan, kerja sama pariwisata Gorontalo dan Pasundan ini saling menguatkan. Apalagi Gubernur juga sudah mengapresiasi, bahkan sudah datang kekantor penghubung ini. “Akhirnya kami eratkan dan memperkuat, “ucap Des.
Pengembangan pariwisata yakni kelaborasi kedua provinsi Jawa Barat dan Gorontalo terus dilakukan dengan melakukan berbagai pertemuan seperti talk show, saling sharing. Ini diakuinya bisa mengadopsi apa yang telah dilakukan oleh tanah Pasundan dengan apa yang belum dikembangkan di Gorontalo.

Apa yang dilakukan oleh pariwisata di Pasundan sebagai salah satu contoh, bagaimana pariwisata Gorontalo itu ditata lebih baik lagi. Artinya, pihaknya mencontoh bagaimana Pasundan itu menata wisata alamnya tanpa merusak lingkungan. Yang jelas, diutamakan itu SDM, pendidikan pariwisatanya. Untuk lebih spesifiknya maindset atau cara berpikirnya. Orang itu harus diurus biar terbuka cara berpikirnya tentang pariwisata.

Dalam pengembangan pariwisata ini pihaknya tidak pilih kasih, daerah mana saja yang difokuskan. Artinya, mana yang layak atau tersedia, maka itu akan dikembangkan. Hanya yang jelas, sejauh mana ketersediaan SDM diwilayah tersebut.
“Insya Allah dengan kerja nyata, masyarakat tahu bahwa inilah pariwisata. Tidak perlu bicara panjang lebar. Kita bekerja saja untuk karya nyata, “tandas Des. Abuzakir Ahmad.

Must Read

spot_imgspot_img

Related Articles