Kekuatan rasa malu itu berbanding lurus dengan sehatnya rohani. Hilangnya rasa malu merupakan pertanda matinya hati nurani. Rasa malu menciptakan akhlak mulia. Rasa malu selalu berpegang teguh pada tali Allah, dan menghormati norma susila masyarakat.
Demikian antara lain disampaikan penggiat kemanusiaan, Eddie Karsito, pada acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-28 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, di Perumahan Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi Jawa Barat, Jum’at (07/04/2023).
“Hilangnya rasa malu kematian hati nurani. Itulah fenomena Indonesia kini. Orang tidak segan berbohong. Korupsi, kongkalikong, nepotisme, kekerasan, pornografi, dan merebaknya aneka kejahatan,” ujar Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.
Bila dicermati, lanjut Eddie, hilangnya rasa malu dan merosotnya budi pekerti antara lain bersumber dari melemahnya kepedulian masyarakat serta mementingkan diri sendiri.
“Budi pekerti harus menjadi landasan komunikasi sosial. Kesantunan adalah cermin keimanan, pondasi peradaban, pilar tegaknya tatanan masyarakat. Instrumen pergaulan dan modal utama menciptakan keadilan, kedamaian dan kebahagiaan,” tegas wartawan senior ini.
Tolong menolong, kata dia, dimaknakan sebagai peduli atau sense of crisis. Membangun kepekaan hati nurani. “Melahirkan suasana batin yang harmonis, hubungan yang humanis, interaksi yang toleran dan fleksibel,” ujar Eddie lagi.
Di usia yang ke-28 tahun, kata Eddie, Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan tetap pada komitmennya, membangun spirit inklusif, serta melakukan edukasi tentang urgensinya sikap filantropi (kedermawanan).
“Spirit inklusif dan jiwa filantropis ini masih memerlukan penguatan agar berdampak pada kehidupan masyarakat. Kesadaran berinfaq, bershadaqah, dan berwakaf. Sekaligus mengubah mental orang yang senang menerima sedekah, menjadi pemberi sedekah,” tegasnya.
Dalam konteks tanggal dan bulan “Nuzulul Quran” ; peristiwa turunnya Al Quran menjadi momentum berdirinya lembaga kemanusiaan ini, Eddie menegaskan agar kitab suci tidak disikapi sebagai dogma mati (tekstual).
“Melainkan kontekstual. Berkontribusi nyata untuk kemanusiaan. Agama hadir memenuhi panggilan kemanusiaan, yaitu melayani,” ujar budayawan lulusan Pendidikan Guru Agama (PGA) ini.
Menurutnya, perintah takwa merupakan pesan langit yang harus diraih; diikhtiarkan; diusahakan. Ketakwaan yang berdampak pada kesetaraan sosial (inklusif) di masyarakat.
“Ber-Islam yang implementatif. Berbuat nyata, manfaatnya langsung dirasakan masyarakat,” tegas penerima anugerah ‘Anak Bangsa Berkepribadian Pembangunan 2013’ dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ini.
Ulang tahun Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan selalu diperingati umat muslim sedunia, sebab waktunya bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur’an (17 Ramadhan 1415 H/17 Februari 1995 – 17 Ramadan 1444 H/ 7 April 2023).
Ditetapkannya Nuzulul Qur’an sebagai tanggal dan bulan berdirinya yayasan secara konsepsional dipilih sebagai transformasi makna; membumikan al-Quran. Wujud iman yang dinyatakan dalam bentuk perbuatan; memanusiakan manusia. Kemanusiaan yang didasari intimitas; hubungan sosial bersifat mendalam dan menyeluruh; rasa saling asih; asah; asuh.
“Al-Quran kitab universal. Pijakan setiap amal, dan barometer dalam segala hal. Ini markah Yayasan Humaniora yang kami dirikan pada momen Nuzulul Quran agar kita selalu kembali pada ketentuan-Nya,” ujar Eddie.
Di setiap acara, kata Eddie, pihaknya tak mengadakan upacara bersifat seremonial. Agenda utama syukuran HUT Ke-28 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, adalah menyantuni anak yatim, para janda lanjut usia berprofesi sebagai pemulung, dan para kaum dhua’fa lainya.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan membina ratusan pemulung, sebagian di antaranya adalah janda-janda lanjut usia. Menyantuni fakir miskin, dan anak yatim non-panti yang diorganisir di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Kabupaten Bandung.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan juga mendirikan sub-organisasi, antara lain; Sanggar Humaniora, Rumah Budaya Satu-Satu, Rumah Singgah Bunda Lenny, dan Rumah Media Portal Berita Online humaniora.id.
Hadir di acara santunan dan syukuran Hari Ulang Tahun Ke-28 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini sejumlah pimpinan organisasi. Antara lain; Pendiri Sanggar Swargaloka Suryandoro, Ketua Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH) Ageng Kiwi.
Hadir juga Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Sekretariat Bersama Wartawan Indonesia (DPP-SWI) Herry Budiman, didampingi Kabid Humas DPP SWI, Hendra Gunawan, serta para pengurus dan anggota DPD SWI Bekasi Raya.
Turut menyemarakkan acara kehadiran artis Yati Surachman, yang juga Dewan Pembina Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, serta pembina lainnya, Ridwan Burnani, dan Iwan Gardiawan, Dewan Penyantun Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Ageng Kiwi, Mayang, Deddy Sudrajat, seniman Bambang Oeban, serta Dina Subono (Sutradara dan Produser Anidkana Films).
Hadir juga Pengurus Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Lee Sandie Tjin Kwang, Ari Susandi, Sutrisno Buyil, Sabrina Salawati Daud, S.Pd, Imam Dzaky Syukria Darmawan, I Gusti Made Ardikabudi, Ali Amran, dan Indri Retno Putranti, para donatur, volunteer; relawan, dan penggiat sosial lainnya.
Hadir juga ustadz muda Ary Zolla (UAZ) memberi tausiah serta memimpin doa. Ustadz Ary Zolla (UAZ) merupakan penceramah kader Sanggar Humaniora yang kini sering tampil di sejumlah televisi swasta nasional.
Semasa mahasiswa dan sebelum menjadi penceramah kondang, KH. Muhammad Arifin Ilham juga pernah bergabung di Rumah Dakwah Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, yang dulu lembaga ini bernama Forum Komunikasi dan Informasi Pemuda Islam (FKIPI).
Mewakili Yayasan, Ageng Kiwi selaku Dewan Penyantun Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak. Khususnya kepada para dermawan, para artis, dan semua rekan relawan yang selama ini ikut mendukung berbagai kegiatan Yayasan Humaniora.
Terima kasih kepada sejumlah artis yang turut mendukung acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-28 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini di antaranya; Soultan Saladin, Anisa Bahar, Della Puspita, Lia Emilia, Fitri Carlina, Siti Badriah, Rani Ve, Valdi Mulya, Irma Darmawangsa, Barbie Kumalasari, Elly Sugigi, Irfan Sebastian, Raka AB, dan Fadly Jackson.
Terima kasih juga disampaikan kepada MFS Production mitra Sanggar Humaniora di Penang Malaysia. Khususnya penyokong lembaga ini, Muhammad Firdaus, Caca Rayborn /Seroja Sartika, Edy Virgo, Hairul Shahfiq Bin Badrudin, dan mitra kreatif lainnya di Penang.
Terima kasih dukungan dari Andree Dahlan (Nagaswara Music), Eny Sulistyowati (Triardhika Production), dan Toto Soegriwo (Produser & Sekretaris Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia), serta rekan-rekan wartawan.
“Terima kasih semua. Inilah sesungguhnya kemenangan cinta. Allah SWT memberi kekuatan, hikmat, kelegaan dan kebahagiaan untuk kita semua, amin,” ujar Dewan Penyantun Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Ageng Kiwi. (EK)