Petani dan pengusaha daun singkong Polim, di kawasan Rumpin, Tangerang, menjelaskan perlunya dukungan pemerintah dalam mengembangkan pertanian, khususnya di bidang daun singkong.
Satu orang seperti Polim beromset Rp 150 juta perbulan dari daun singkong hanya untuk kawasan Tangerang. Daun singkong dijual ke pengepul yang menyalurkannya untuk ke rumah makan Padang dan untuk dijual ke pasar pasar yang ada di Tangerang dan sekitarnya.
“Saya msngelola lahan sekitar delapan hektar untuk ditanami batang singkong khusus memanen daunnya saja. Dari menanam sampai panen sekitar ,40 hari lamanya,” ujar Polim, petani dan pengusaha daun singkong mantan wartawan foto majalah Sinar dan tabloid Mistik. Dua media itu terkenal di tahun 90an hingga awal 2000an.
Ketika mengawali menjadi petani, Polim menanam cabe, kol, wortel, dan kentang. Namun usahanya semua itu terbilang gagal.
“Karena perawatan, pupuk dan pengobatannya harus intens. Belum lagi serangan hama. Rumit dan mahal. Harga juga fluktuatif. Kalau ada informasi harga cabe sedang mahal, itu karena gagal panen. Tapi, kalau oanen cabe sedang bagus, harga jatuh, murah. Karena suplai cabe berlimpah,”jelas Polim.
Dari pengalaman bertani bermacam tanaman akhirnya jatuh pilihan bertani daun singkong. Selain menanam sendiri, Polim juga membeli dari petani daun singkong di sekitar Rumpin dan Cogrek masih di Kabupaten Tangerang.
” Kebutuhan daun singkong di pasar dan rumah makan Padang saya suplai setiap hari sepanjang tahun. Berhenti satu dua hari saat Hari Raya Lebaran aja. Makanya, tanah 8 hektar yang ditanami daun singkong dipanen setiap hari bergiliran lahannya.
Hari ini di lahan ini besok yang di sana, secara terus menerus. Habis panen, dirawat dan dipupuk lagi batangnya tunggu 40 hari baru panen,” kata Polim yang berumah di tengah kebun bersama istri an anaknya. Di kebun itu Polim ditemani Yul Adriansyah, juga mantan fotografer, yang bertani bersama dia.
Dalam usahanya bertani daun singkong dan membeli dari petani sekitarnya Polim berharap ada bantuan pemerintah untuk mengembangkan usaha pertanian dan sektor yang mendukung. pertanian.
Selain bantuan pupuk dan alat pertanian, juga bantuan untuk mengembangkan nilai tambah dari hasil pertanian.” Istri saya aktif di PKK, dan dia pandai juga membuat berbagai kue dengan bahan hasil pertanian. Di sini kami butuh bantuan dari pemerintah agar ibu ibu PKK bisa dapat penghasilan juga,” kata Polim
Polim yang dipercaya oleh pemilik lahan untuk dikelola 19 hektar, baru bisa menggarap 8 hektar. Dengan sisa lahan seluas itu, dia mengajak siapa saja untuk bergabung menjadi petani dan pengusaha pertanian.
“Silakan mau bertani seperti saya atau tanaman lainnya. Mau usaha peternakan juga sangat memungkinkan di lahan ini,” kata Polim yang di sekitar rumahnya ada pohon durian, pohon lengkeng, pohon kelapa, pohon nangka, jagung, dan tanaman untuk dikonsumsi sehari hari keluarganya. (Dd)