Disebabkan saya terlalu berharap banyak pada film Onde Mande, kekecewaan itu terbawa sampai saya di depan laptop. Ranah Minang di seputaran Danau Maninjau dan sangat elok dan indah, tidak tergambarkan dengan baik dalam film ini.
Saya yang mengenal betul kawasan itu pesona hijau pepohonan digarisi kelokan jalan dan membiru abu abu permukaan Danau Maninjau sangat minim dieksplore oleh kamera yang kurang menampilkan wajah Danau Maninjau dan desa di sekitarnya.
Jajang C. Noor seperti lidahnya kaku dalam melafalkan bahasa Minang, aksennya seperti berat untuk mengucapkan kalimat perkalimat. Dan, Jose Rizal Manua yang berperan sebagai suami Jajang, bicara seperti menghafal. Tidak ada kedalaman watak sebagai pria yang gelisah ingin ‘mencatut’ nama sebagai pemenang sayembara dari produk sabun.
Adegan di warteg bersetting Kebayoran, Jakarta, terasa janggal. Pelayan warteg berlogat Betawi, dan penampilan menor dipaksakan untuk membangun suasana lucu, tapi malah tidak memancing tawa.
Kehadiran dua preman di warteg juga membuat film ini seperti menampilkan suasana film tahun 70an. Wajah garang dengan brewok, dan kata kata garang yang keluar dari mulutnya.
Film Onde Mande sangat lemah dalam eksekusi. Sutradara gagal memunculkan rona Minang yang sesungguhnya, dari gambar maupun dan dialog verbalnya. Dua aspek yang selalu menjadi titik tolak terbangunnya emosi penonton pada sebuah film berlatar belakang budaya tertentu. Apalagi mereka yang mengenal betul corak dan ragam budaya daerah itu.
Bagi saya yang menggemari masakan Minang atau Padang, rasa khas masakan sudah terasa, tetapi kurang pedas.
Meski begitu film produksi Visinema yang disutradarai Paul Fauzan Agusta ini, masih layak untuk ditonton bagi mereka yang ingin mengenal wajah dan budaya Minang. Kejujuran dan kehangatan dalam slaturahim antar masyarakatnya menjadi nilai sosial yang masih terjaga.
Aktris Shenina Cinnamon dan aktor Emir Mahira bisa menutupi kekurangan dalam. Mereka berdua sangat terampil memerankan tokoh tokohnya dalam film Onde Mande.
Sesungguhnya film Onde Mande dikemas dalam drama budaya dan juga diselipi humor ini punya dasar cerita yang cukup bagus. Bagi saya meski bukan orang Minang, tapi pernah tinggal di sana, terlalu banyak yang saya inginkan dari film itu, sedikit yang saya dapat.
Barangkali pemahaman Anda akan sama atau berbeda ‘selera’nya setelah menyaksikan film Onde Mande. Saya anjurkan nonton saja dulu filmnya, lalu kita diskusikan apabila perlu. Silakan lihat film Onde Mande yang akan tayang di bioskop 22 Juni 2023. Kang Didang