Bioskop dibuka pengelola bioskop dan produser film bahagia. Protokol kesehatan berlaku ketat. Bantuan pemerintah diharapkan. “Tidak dipungut pajak hiburan satu tahun saja sudah membantu kami,” kata H. Djonny Stafruddin.
Hampir lima bulan, sejak bulan Maret tahun ini, seluruh bioskop di Indonesia menghentikan aktifitasnya. Pandemik Covid-19, dengan virus corona yang diperkirakan menebar ke segala penjuru bumi menyebabkan pintu tempat hiburan yang berada di sejumlah mall itu ditutup.
Tutupnya pintu bioskop berpengaruh pada kondisi roda ekonomi, macet, yang mengitarinya, seperti para produser film, kru film dan tentu saja kalangan artis. Selama hampir empat bulan, tidak ada produksi baru. Larangan berkerumun akan berakibat penularan virus menjadi penyebab.
Menurut Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), H. Djonny Syafruddin, SH, sekitar seratus judul film nasional dan beberapa judul film dari mancanegara antri untuk ditayangkan. Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak, pada 29 Juli mendatang film film tersebut akan mulai ditayangkan.
“Kami akan bertemu dengan para produser untuk bersepaham mengenai teknis dimulainya dibuka kembali pintu bioskop,” kata Djonny kepada skalaekonomi.com melalui saluran ponsel. Intinya, menjaga dan kepedulian terhadap keselamatan kemanusiaan itu lebih penting. Maka pemberlakuan protokol kesehatan sangat penting dan tidak ada kompromi bagi yang melanggarnya.
“Mulai pintu masuk lobby membeli tiket, jaga jarak, menggunakan masker dan cuci tangan dengan hand sanitizer yang kami sediakan. Lalu, pengunjung akan disediakan kantong plastik untuk memasukkan uangnya. Dan, kembalian pun akan dimasukkan ke kantong plastik. Masuk ke dalam venue, ruang bioskop penonton yang memiliki tiket diminta untuk menyobek sendiri tiketnya, dan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang tersedia, dan dibantu oleh penjaga pintu masuk. Jadi, tidak ada body touch, sentuhan tangan, tidak. Di dalam ruang bioskop antara kursi penonton diselingi satu kursi kosong. Ocupancy hanya 50 persen, separuhnya,” papar Djonny. Semua itu sudah dibicarakan kepada pihak terkait, dan baru baru ini sudah bertemu dengan Manteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,Wishnutama.
Dibukanya kembali pintu bioskop disambut baik oleh produser film. Ody Mulya Hidayat, dari Max Picture, melalui ponsel menyiapkan dua judul film untuk tahun ini. Mengenai kapan dapat giliran, Ody baru akan bertemu pekan depan dengan para pengelola bioskop.”Kami bahagia sekali dibuka kembali bioskop. Perfilman akan bergerak lagi. Selama empat bulan ini kami lumpuh. Meski tidak mudah untuk mengajak penonton ke bioskop, tapi dengan adanya protokol kesehatan yang diberlakukan kepada pengunjung, semoga saja bioskop bisa ramai lagi,” ujar Ody,.mengaku tetap semangat dalam memproduksi film.
Lebih dari dua puluh tahun sebagai produser, Ody tidak ingin berspekulasi mengenai sambutan penyuka film nasional dengan dibukanya kembali bioskop. Dia meyakini tergantung pada kualitas film itu sendiri.”Saya sih optimis ya akan ada sambutan baik dari penonton, asalkan memang filmnya bagus. Saya juga menepis komentar film nasional hanya menjadi pembuka jalan film asing di awal bioskop membuka pintu. Kalau film asingnya jelek dan film nasionalnya bagus, pasti film nasional menjadi pilihan. Saya sudah punya pengalaman soal itu, Jadi,jangan khawatir. Pengelola bioskop juga tidak mungkin menurunkan film itu buru buru kalau disukai penonton. Ini bisnis bos,” jelas Ody.
Harapan Ody Mulya Hidayat, sebagai produser dan di sisi lainnya Djonny Stafruddin sebagai ketua pengelola bioskop seluruh Indonesia dapat terealisasikan pada tanggal 29 Juli, dan tidak ada lagi perpanjangan PSBB. Namun, apa pun keputusan pemerintah pada waktunya akan ditaati oleh mereka.
Karenanya, sebagai pengelola bioskop menghimbau kepada.pemerintah untuk meringankan beban pengelola bioskop dan juga produser dengan tidak memungut pajak hiburan dalam satu tahun ini.”Kepedulian seperti ini kami sangat harapkan kepada masing masing pemerintah daerah. Tutup sekian lama dengan mempertahankan operasional dan sdm yang ada,.meski diminimalisir tetap ada beban biaya yang kami tanggung. Kami tidak minta bantuan apa apa, satu tahun saja tidak dipungut pajak hiburan bioskop cukup membantu kami bernafas lega,” papar Djonny Stafruddin yang sudah hampir 50 tahun di bisnis bioskop. Didang Pradjasasmita