SKALAEKONOMI.COM. SETIA BUDI. Indonesia memiliki khasanah adat dan budaya yang beragam, unik, dan indah. Budaya Batak adalah satu di antaranya.
Berbagai unsur dari budaya dan masyarakat Batak menggelar diskusi National Heritage: Stepping to be UNESCO Cultural Heritage dalam upaya mengembangkan, melestarikan agar bisa diwariskan kepada generasi muda di Gedung Ludwig Nommensen Komplek Gereja HKBP Sudirman, Setiabudi, Jakarta, 4 Maret 2025.
Inisiator diskusi dari pewarisan budaya kain Ulos, tarian Tor Tor, dan Aksara Batak Jacky Simatupang, bahkan berupaya agar ketiga hasil karya budaya warisan nenek moyang Batak Toba diakui menjadi warisan dunia oleh UNESCO sebagai lembaga Pendidikan, Keilmuan dan Budaya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Diskusi yang dipimpin Profesor Ignas diikuti oleh sejumlah tokoh masyarakat Batak dan penggiat budaya Batak yang ada di Jakarta menjadi narasumber di antaranya Pdt. Amir Aritonang, S Silalahi, Jacky Simatupang, Ny. S. Silaban, Ani Simanjuntak, Robinson Manullang, AC Batubara, dan peserta diskusi lainnya.
[ ] Pada kesempatan diskusi yang berlangung ramai dan hangat bersahabat, bersepakat untuk mengembangkan, melestarikan dan menjadikan sebagai warisan dunia.
“Saya sarankan untuk mendalami dan memahami prosedur langkah langkah yang harus dilakukan untuk mendapat pengakuan UNESCO,” kata Prof.Dr. Ignasius DA, M.Sc. seraya menjelaskan ketentuan atau syarat dengan detil suatu karya budaya warisan agar dijadikan warisan dunia oleh UNESCO.
Selain bukti bukti akurat dan layak suatu karya budaya warisan itu harus disokumentasikan dengan baik, diajukan secara berjenjang dari pemda tingkat Kabupaten/Kota, lalu ke ringkat pemprov, kemudian ke pemerintah pusat yakni ke Kementerian Kebudayaan RI.
“Yang tak kalah pentingnya dalam menyusun eviden atau bukti harus menyertakan stakeholder berkenaan dengan karya budaya warisan tersebut,” jelas profesor Ignas.
Diskusi yang memunculkan ide dan gagasan yang mendukung Ulos, Tor Tor, dan Aksara Batak ke UNESCO itu, menyepakati untuk memulai bekerja yang diperlukan sebagai tindak lanjut dari diakusi yang berlangsung ilmiah dan hangat itu.
“Dari diskusi kali ini kami bersepakat untuk mengerjakan hal hal yang diperlukan. Mulai dari Ulos dan Tor Tor. Dan, melanjutkan mengembangkan dan melestarikan Aksara Batak,” kata mereka yang hadir dalam diskusi itu.
Sebagai penggiat dan praktisi Aksara Batak, Ani Simanjuntak, senang sekali adanya masukan dari tokoh masyarakat Batak itu, sambil dia menjelaskan anak anak muda Batak di Jakarta dan bsberapa daerah tertarik mempelajari Aksara Batak.
” Aksara Batak masih lestari hingga sekarang, sejak kelas 2 SD hingga kelas 8 SMP Kecamatan Si Borong Borong, Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan bukti -bukti buku mata pelajarannya ada dikirim dari Siborongborong ke saya,”ungkap Ani Simanjuntak, yang juga kakak dari pengacara terkenal Komarudin Simanjuntak.
Jacky Simatupang sebagai inisiator diskusi dan praktisi di bidang ekonomi kreatif, sangat bersemangat dan merangkul tokoh tokoh nasional berasal dari Batak yang dia kenal untuk ikut mendukung merealisasikan hasil dari diskusi tersebut.
“Saya akan segera menyusun langkah langkah yang diperlukan, kami juga sudah siap dengan rancangan komunitas RagiHotang. Sebagai penggiat ekonomi kreatif saya punya beragam Ulos. Seperti Ulos untuk kelahiran, Ulos pernikahan, Ulos untuk 7 bulanan, dan Ulos untuk upacara kematian,” jelas Jacky Simatupang di depan forum diskusi yang dihadiri juga oleh pejabat penghubung Pemerintah Daerah Sumatera Utara, di Jakarta.
“Sambil menyiapkan Ulos dan Tor Tor. Kami akan segera merapikan buku Aksara Batak yang akan kami launching dalam waktu dekat,”pungkas Jacky Simatupang yang didampingi Ani Simanjuntak. (Di)