Kemajuan perfilman Indonesia mesti dibarengi dengan aturan yang dapat melindungi masyarakat dari pengaruh budaya atau adegan yang tidak patut dipertontonkan. Dalam hal ini, pemerintah melalui Lembaga Sensor Film(LSF) sedang gencar melakukan kampanye Sensor Mandiri. Peranan produser dalam memproduksi film dan pengawasan orangtua terhadap tontonan anak-anaknya, adalah cara mensukseskan Sensor Mandiri.
Hal itu dikatakan oleh Ahmad Yani Basuki,Ketua LSF dan Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin dalam acara talk show, Kamis, 19 September 2019.”Negara hadir melalui LSF agar penonton mendapatkan tontonan yang baik. Memeberikan persepsi nilai strategis dengan menjagaintervensi budaya dan pengaruhnya,” kata Ahmad Yani Basuki.
Dalam pandangan Djonny Syafruddin antara bioskop dan LSF mempunyai hubungan yang sangat erat. Diamantakan dalam UU No. 33 Tahun 2009, di sana dijelaskan dalam salah satu pasalnya bahwa film yang akan beredar harus lolos sensor.”Film-film yang disensor itu akan dilabeli kategorisasi keptutan usia penonton. Usia 13, 17 dan sekarang ditambah lagi dengan usia 21. Sesuai dengan tema film, judul dan kontennya.Sebagai civis centre bioskop tidak punya kewenangan bahwa usia segini boleh atau tidak boleh. Itu kewenangannya LSF,”papar Djonny Syafruddin.
Pengalaman di lapangan, kata Djonny Syafruddin, petugas kerap seperti makan buah simalakama, dilarang penonton marah tidak dilarang dimarahi LSF.”Kenapa kamu larang-larang saya, uang-uang saya anak-anak saya. Nah, di sinilah perlunya kita masyarakatkan lagi lebih luas program LSF Sensor Mandiri ini. Terutama untuk masyarakat di daerah-daerah,”ungkap Djonny. Perlu digalakkan Sensor Mandiri ini agar tidak berdampak berkepanjangan dan tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa di masa depan,imbuh Djonny.
Selain pembatasan usia diukur dari batasan usia penonton dalam hal ini Djonny juga menghimbau agar produser lebih banyak lagi memproduksi film bercerita tentang anak-anak. Dia juga meminta perhatian dari pemerintah bila ada produser yang memang peduli memperoduksi film anak –anak, pemerintah juga turun tangan, semacam bantuan produksi.”Agar anak-anak kita ada cerita tentang dirinya. Seperti saya waktu kecil ada film yang berjudul Jenderal Kancil. Sebagai anak-anak saya senang sekali nonton film itu,” tutur Djonny. Ini menghindari anak-anak menyaksikan film yang sepatutnya belum boleh dilihat oleh mereka.
Dalam kalimat penutupnya, AhmadYani Basuki, menghimbau agar masyarakat melakukan Sensor Mandiri dengan mudah. Semisal, mesti memilah dan memilih tontonan bagi anggota keluarganya.”Tontonan juga bisa menjadi investasi bagi pembentukan karakter anak-anak. Maka, pilih dan pilah tontonan yang akan memberikan investasi yang baik bagi generasi kita ke depan,”pungkasnya. D2
.