Sepertinya, Bank Dunia tidak pernah baca #indonesiamaju dan #kitalebihbaik. Padahal, juru puja dan para pemuja sudah #kerja #kerja #kerja super lho menyebarkannya. Masak iya sih penyediaan air minum dan sanitasi RI tertinggal? Lha wong sejak dulu Koes Plus aja selalu nyanyikan “tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Jangan becanda Om dan Tante Bank Dunia. Kata para pemuja, negeri ini jagoan bikin jalan tol. Mosok bikin jalan tol jagoan, cuma ngurus penyediaan air minum dan sanitasi aja gak becus. Gak mungkin banget lah itu. Pikir-pikir lagi deh Om dan Tante Bank Dunia.
Hehehe … Bank Dunia memang kelewatan. Masak mereka bilang, negara-negara di kawasan yang sama seperti China, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia memiliki jumlah penduduk dengan akses air minum yang aman dan sanitasi yang lebih tinggi dibanding Indonesia.
Bahkan, kata Bank Dunia, urusan penyediaan air minum dan sanitasi di Vietnam dan Filipina jauuuuuuuhhhhh lebih baik dari Indonesia, padahal kedua negara itu memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah dari Indonesia. Oalaaahhh. Hayo, siapa yang mau ikutan tepok jidat?
Yang ngelaporin itu orang Indonesia. Irma Setiono, namanya. Ia Spesialis Air Bersih dan Sanitasi Bank Dunia. Itu hasil kajian bertajuk Public Expenditure Review Spending for Better Result, yang ia lansir pada Kamis (25/06/2020). Sebagai orang biasa, saya mencoba mencari tahu, juga dengan cara biasa.
Rupanya, di negeri ini ada lembaga bernama Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, disingkat Perpamsi. Tahun 2019, Ketua Umum-nya Haris Yasin Limpo. Pada 30 Desember 2019, Perpamsi mendata: dari 400 PDAM, 40 Persennya dalam Kondisi Sakit. PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum.
Tahun 2018, Kementerian PUPR pernah mengeluarkan hasil penilaian kinerja PDAM terhadap 374 PDAM dari 391 PDAM yang ada di Indonesia. Hasilnya, sebanyak 223 PDAM (57 persen) berkinerja sehat, 99 PDAM (25 persen) kurang sehat, 52 PDAM (13 persen) berkinerja sakit, dan 17 PDAM (5 persen) belum dinilai kinerjanya.
Itu bisa dibaca “Kementerian PUPR Sebut Ada 52 PDAM Tidak Sehat” di liputan6.com, pada 08 Juli 2019, 09:45 WIB. Hmmmm … ada benarnya juga ya Om dan Tante Bank Dunia. Anda kaget? Anda heran? Tak apa. Anda tak sendiri. Karena, Menteri Dalam Negeri (waktu itu) Tjahjo Kumolo juga heran, karena 70 persen PDAM dalam kondisi merugi.
Artinya, dengan kondisi merugi, tentulah PDAM tidak mampu melakukan penyediaan air minum dan sanitasi dengan baik. Kaget Tjahjo Kumolo itu belum lama kok. Baca saja sendiri “Tjahjo Heran 70 Persen PDAM Rugi: Padahal Masyarakat Butuh Air Bersih” di kumparan.com, 28 Agustus 2019, 13:50 WIB.
Rupanya, Bank Dunia tidak bohong. Data dari Perpamsi dan Kementerian PUPR plus kekagetan Tjahjo Kumolo, singkron dengan paparan Om dan Tante Bank Dunia. Oh, ya, air minum dan sanitasi adalah kebutuhan dasar, kebutuhan yang sangat dasar.
Karena di kebutuhan yang sangat dasar saja negeri ini tertinggal, terus #kitalebihbaik nya di mana?
Isson Khairul
Persatuan Penulis Indonesia